FILSAFAT
PENDIDIKAN BARAT DAN ALIRANNYA
A. Sub
Pokok
1. Sejarah
perkembangan filsafat pendidikan barat
2. Aliran
filsafat pendidikan barat
B. Tujuan
Tujuan
dibuatnya rangkuman ini agar selesai perkuliahan, mahasiswa dapat :
a. Mengetahui
sejarah perkembangan filsafat pendidikan barat
b. Memahami
aliran filsafat pendidikan
C. Masing
– Masing Hasil Rangkuman
1. Sejarah
Filsafat Pendidikan Barat
Dalam sejarah perkembangan filsafat
barat banyak ditemukan masalah yang telah dientaskan oleh banyak filosof
dimasanya, dan sejalan dengan keadaan itu pula aliran filsafat barat berkembang
begitu pesat dan mampu menguasai bahkan mewarnai pemikiran manusia dalam
periode tertentu.Sejarah perkembangan filsafat barat itu dibagi kedalam tiga
periode, yaitu zaman klasik (yunani), filsafat abad pertengahan dan filsafat
abad modern. Berikut akan dijelaskan masing-masingnya:
1.1 Filsafat
Zaman Klasik
Hal ini dimulai sekitar tahun 600 SM yaitu di suatu kota bernama yunani yang
terkenal dengan para ilmuwan-ilmuwannya. Awal mulanya para filosof Yunani
memusatkan perhatiannya pada dunia diluar diri pribadi mereka yakni terahadap
alam semesta (cosmos).Melalui ini maka berkembanglah suatu filsafat
yang disebut dengan filsafat alam.Dengan ini para filosof mulai
memperdebatkan tentang asal mula segala sesuatu yang ada di bumi.
Jadi pada masa ini para
filosof memperdebatkan antara segala sesuatu yang ada di alam semesta ini
sifatnya menetap dan ada pula yang berpendapat bahwa segala sesuatu yang berada
di ala mini sifatnya selalu berubah.Sehingga melalui pemikiran yang mendalam
diambil kesimpulan bahwa kedua pendapat adalah benar mengenai sebagian yang ada
di alam sifatnya ada yang menetap dan ada pula yang berubah.
Selanjutnya muncul pandangan filosof
yunani mengenai manusia (Antropos). Tentunya ini tidak dapat
ditentang lagi kemunculan pendapat para filosof yang bermunculan mengemukakan
argument nya, diantaranya yaitu:
Maka dapat diperoleh kesimpulan dari
zaman klasik hanya dua pandangan yang mampu ditelaah oleh para filosof yaitu
pandangan mengenai alam yang berada diluar diri manusia yang disebut
dengan cosmos serta pandangan mengenai manusia itu sendiri
yang disebut denganantropos.
1.2 Filsafat
Abad Pertengahan
Pada masa ini berkembang filsafat scholastik yang perhatiannya
tertuju pada dunia Ketuhanan yang dikuasai oleh ajaran kriistiani.Sekita abda
ke-13 alam pikiran hampir seluruhnya dikuasai oleh gereja dan filsafat tidak
dapat terlepas lagi dari yang namanya theology (Ketuhanan). Berikut pandangan
para filosof yang ikut berkontribusi dalam memberikan pandangan, antara lain:
Sebenarnya jika diteliti kembali
filsafat abad pertengahan ini banyak dipelopori olehAristoteles yang
menjadikan ajaran kristiani menjadi landasan berdirinya filsafat
scolastik.Namun sangat disayangkan pada zamannya filsafat ini tidak mampu
mempertahankan diri begitu lama akibat para tokohnya tidak mampu mempertahankan
pendapat yang telah dirumuskan.Sehingga tidak perlu waktu yang lama untuk filsafat
ini mundur dari dunia pendidikan. Padahal pendapat-pendapat Aristoteles dalam
filsafat ini banyak digunakan oleh filosof-filosof islam. Mereka menterjemahkan
kembali apa yang dimaksudkan oleh Aristoteles sehingga salah satu tokoh ternama
yakni Al-Farabi justru dikenal dengan komentator filsafat aristoteles.
1.3 Filsafat
Zaman Modern
Masa ini dimulai pada abad ke
15 yang terbagi ke dalam empat periode yaitu Renaisans, Barok, Pencerahan,
Romantik, da Kontemporer (mutakhir).
Berikut akan dijelaskan masing-masing
periode tersebut:
Lingkup pemikirannya adalah mengenai perkembangan seni, filsafat dan
ilmu.Sehingga pada masa ini mengacu pada manusia (antropos) sebagai bagian
utama dari realitas alam.
Dengan demikian berkembanglah Filsafat Humanisme yaitu
mempersoalkan tentang manusia, yakni apakah manusia itu makhluk bebas, atau
yang memiliki kemauan yang bebas, atau bahkan manusia tidak memiliki kebebasan
sama sekali. Tokoh utama aliran humanis ini ialahAristoteles dan
diikuti oleh Thomas hobbes,Thomas moore dan Francis Bacon. Para
pendidiknya yaitu Erasmus, J. A. Comenius, John Locke, J.J. Rousseau dan
Peztalozzi.
Pada masa ini berbeda dengan masa sebelumnya, bahwa dalam masa borok mereka
meletakkan akal manusia sebagai alat terpenting untuk dapat memahami kehidupan
dan hidup manusia.Pada masa ini juga filsafat barat terkenal dengan awal
lahirnya paham sekularisme barat yang filosof-filosofnya kebanyakan ahli dalam
bidang matematika.
Adapun filosof yang muncul pada masa borok ini yaitu Rene Descartes,
Benedictus Spinoza, dan G. Leibniz. Yang paling Berjaya dipakai dalam
falsafahnya yaitu perkataan dariDescartes , ia menyatakan “saya
berpikir maka saya ada”. Menurutnya badan dan jiwa adalah dua hal yang letaknya
terpisah, kalaupun saling berhubungan itu tidak lain karena adanya kehemdak
atau campur tangan Tuhan.
Penekanan filsafat dalam bagian ini yaitu mendukung falsafah sebelumnya.Masa
pencerahan ini menganggap bahwa dengan peranan akal maka semua masalah dapat
dipesahkan dan dientaskan.Sehingga berkembang dua aliran filsafat yakni Empirisme
dan Rasionalisme.Berikut tokoh-tokoh filsafat masa pencerahan yaitu Immanuel
Kant (tokoh rasionalisme), dan John Locke (tokoh emprisme) selanjutnya
diikuti oleh Geoge Berkeley, David Hume serta J.J. Rousseau.
Pada masa ini kembali lagi kepada
pemahaman tentang idealisme yang pernah muncul pada zaman Rainassens yang dipelopori
oleh Plato sebagai pencetusnya.Dalam masa ini bermunculan
filsuf-filsuf diantaranya Fichte, Schelling, dan Hegel. Filsafat
Hegel berkembang dan mempengaruhi pemikiran abad ke 19 dan abad ke 20.
Filsafat ini muncul akibat reaksi
terhadap filsafat yang dibawa oleh Hegel.Dalam masa ini mereka menolak bahwa
benda yang ada di alam dilihat secara idealism adalah kebenaran.Dengan
mempertimbangkan banyak hal maka muncullah beberapa filsafat baru yakni Positivisme,
Vitalisme, Pragmatisme, Eksistensialisme, dan Filsafat Analitik.
2. Aliran-aliran
Filsafat Pendidikan Barat dan
Karakteristiknya
1)
Aliran Progresivisme
Progresivisme adalah suatu gerakan dan
perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini
berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di
masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannyamemfokuskan pada
guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini aalah George
Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B. Thomas dan Frederick C.
Neff. Progresivisme mempunyai konsep yang
didasari oleh kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang
wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah-masalah yang bersifat
menekan atau mengancam keberlangsungan manusia itu sendiri. Sehubungan dengan
hal itu, progresivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak
otoriter.
Pendidikan yang bercorak
otoriter ini dapat
diperkirakan mempunyai kesulitan untuk mencapai tujuan-tujuan (yang baik),
karena kurang menghargai dan memberikan tempat yang semestinya kepada
kemampuan-kemampuan dalam proses pendidikan. Padahal semua itu adalah ibarat
motor penggerak manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan (proggress).
Oleh karena itu, kemajuan (progress) ini menjadi perhatian kaum progresivisme,
maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang oleh
progresivisme merupakan bagian-bagain utama dari sebuah peradaban.
2)
Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran
pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak
awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan cirri-cirinya
yang berbeda dengan progesivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan
terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin
tertentu. Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang meberikan kestabilan
dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1991: 21).
Idealisme, sebagai filsafat hidup,
memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitikberatkan pada aku.
Menurut idealisme, pada tarap permulaan seseorang belajar memahami akunya
sendiri, kemudian ke luar untuk memahami dunia objektif. Dari mikrokosmos
menuju ke makrokosmos. Menurut Immanuel Kant, segala pengetahuan yang dicapai
manusia melalui indera memerlukan unsure apriori, yang tidak didahului oleh
pengalaman lebih dahulu.
Bila orang berhadapan dengan
benda-benda, bukan berarti semua itu sudah mempunayi bentuk, ruang, dan ikatan
waktu. Bentuk, ruang , dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada
pengalaman atu pengamatan. Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi pada benda,
tetapi benda-benda itu yang terarah pada budi. Budi membentuk dan mengatur
dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat
didefinisikan sebagai substansi spiritual yang membina dan menciptakan diri.
3)
Aliran Perenialisme
Perenialisme memandang pendidikan
sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme
memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan
dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154). Dari pendapat
ini diketahui bahwa perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan
kemungkinan bagi seseorang untuk
bersikap tegas dan lurus. Karena itulah, perenialisme berpendapat bahwa mencari
dan menemukan arah arsah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari
filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan
merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang
dapat berpikir secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan
dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama
adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan
pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan
memahami factor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha
mengadakan penyelesaian masalahnya.
Diharapkan anak didik mampu mengenal
dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin
mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai
buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa,
sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam,
dan lain-lainnya, yang telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan
zaman dulu.
Tugas utama pendidiakn adalah
mempersiapkan anak didik ke arah kematangan. Matang dalam arti hiodup
akalnya. Jadi, akal inilah yang perlu mendapat tuntunan ke arah
kematangan tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba
dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis, dan
berhitung, anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan
yang lain.
Sekolah, sebagai tempat utama dalam
pendidikan, mempesiapkan anak didik ke arah kematangan akal dengan memberikan
pengetahuan. Sedangkan tugas utama guru adalah memberikan pendidikan dan
pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Dengan kata lain, keberhasilan anak
dalam bidang akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti
orang yang telah mendidik dan mengajarkan.
4)
Aliran Rekonstruksionisme
Kata Rekonstruksionisme bersal dari
bahasa Inggris reconstruct, yang berarti menyusun kembali. Dalam
konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang
berusaha merombak tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran
rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu
berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340),
kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang
mempumyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan
kesimpangsiuran.
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan
bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya,
pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan
yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula
demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan
umat manusia.
Di samping itu, aliran ini memiliki
persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan
diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh
golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori,
tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas
kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa
membedakan warna kulit,, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan
masyarakat bersangkutan.
D. Bahan
Diskusi
1. Proses berfikir dalam filsafat memiliki beberapa
karakteristik, sebutkan!
2. Dalam berfilsafat kita mengenal istilah Ontologi, epistemologi, dan dan axiologi.
Apakah yang dimaksud dengan hal tersebut!
3. Bagaimanakah
penerapan budaya Filsafat Barat di Indonesia saat ini?
4. Bagaimanakah
kajian filsafat yang sebenarnya?
E. Sumber
Pustaka
Soelaiman, Darwis. A. 2004. Filsafat Pendidikan Barat. Banda Aceh: Syiah Kuala Universitas
Press.
Best slots machine apps - JM Hub
BalasHapusThe casino slots games app gives 김해 출장샵 you new online slots, free play games and instant play 포항 출장샵 slots for 창원 출장안마 your Android and iOS. Find the best casinos 광명 출장마사지 and play with the 경기도 출장안마