Selasa, 23 Juni 2015

Rangkuman Filsafat Barat dan Alirannya


FILSAFAT PENDIDIKAN BARAT DAN ALIRANNYA
A.    Sub Pokok
1.      Sejarah perkembangan filsafat pendidikan barat
2.      Aliran filsafat pendidikan barat
B.     Tujuan
Tujuan dibuatnya rangkuman ini agar selesai perkuliahan, mahasiswa dapat :
a.       Mengetahui sejarah perkembangan filsafat pendidikan barat
b.      Memahami aliran filsafat pendidikan
C.     Masing – Masing Hasil Rangkuman
1.      Sejarah Filsafat Pendidikan Barat
 Dalam sejarah perkembangan filsafat barat banyak ditemukan masalah yang telah dientaskan oleh banyak filosof dimasanya, dan sejalan dengan keadaan itu pula aliran filsafat barat berkembang begitu pesat dan mampu menguasai bahkan mewarnai pemikiran manusia dalam periode tertentu.Sejarah perkembangan filsafat barat itu dibagi kedalam tiga periode, yaitu zaman klasik (yunani), filsafat abad pertengahan dan filsafat abad modern. Berikut akan dijelaskan masing-masingnya:
1.1     Filsafat Zaman Klasik
            Hal ini dimulai sekitar tahun 600 SM yaitu di suatu kota bernama yunani yang terkenal dengan para ilmuwan-ilmuwannya. Awal mulanya para filosof Yunani memusatkan perhatiannya pada dunia diluar diri pribadi mereka yakni terahadap alam semesta (cosmos).Melalui ini maka berkembanglah suatu filsafat yang disebut dengan filsafat alam.Dengan ini para filosof mulai memperdebatkan tentang asal mula segala sesuatu yang ada di bumi.
        Thales (600 SM) bahwa yang paling utama di bumi ini ialah air,
        Anaximander (610-540 SM) bahwa dibumi ini segala sesuatu baik benda atau apapun itu sifatnya tidak terbatas.
        Anaximenes (585-525 SM) bahwa yang paling utama di bumi yaitu udara.
        Phytagoras  (500 SM) bahwa di bumi ini semuanya dapat dihitung dengan bilangan.
        Heraclitus (500 SM) bahwa di bumi ini segala sesuatu tu hakikatnya selalu berubah, tidak ada yang bersifat kekal.
        Parminides (515-440 SM) bahwa apapun yang ada di bumi sifatnya tetap.
  Jadi pada masa ini para filosof memperdebatkan antara segala sesuatu yang ada di alam semesta ini sifatnya menetap dan ada pula yang berpendapat bahwa segala sesuatu yang berada di ala mini sifatnya selalu berubah.Sehingga melalui pemikiran yang mendalam diambil kesimpulan bahwa kedua pendapat adalah benar mengenai sebagian yang ada di alam sifatnya ada yang menetap dan ada pula yang berubah.
Selanjutnya muncul pandangan filosof yunani mengenai manusia (Antropos). Tentunya ini tidak dapat ditentang lagi kemunculan pendapat para filosof yang bermunculan mengemukakan argument nya, diantaranya yaitu:
        Socrates (470-400 SM) bahwa di dalam kehidupan etika sangatlah penting. Tolak ukurnya adalah tujuan hidup manusia tidak lain merupakan menjadikan jiwa sebaik mungkin sehingga mampu memperoleh kebahagiaan yang sempurna dalam hidupnya.
         Plato (427-347 SM) yaitu terkenal dengan took idealisme. Beliau membedakan antara dunia idea (budi manusia) merupakan realitas yang sesungguhnya bersifat menetap dan dunia empiris (pengalaman manusia) merupakan kenyataan yang bersifat semu, abstrak yang kapan saja bisa berubah sesuai keadaan.
        Aristoteles (384-322 SM) yaitu tokoh dalam aliran filsafat realisme. Menurutnya segala sesuatu yang ada di ala mini terdiri dari dua hal yaitu zat dan bentuk.Menurutnya zat dari suatu benda sifatnya tetap sedangkan yang dapat berubah adalah bentuknya.Hal ini hingga sekarang dikembangkan juga oleh Thomas Aquinas, Berkeley dan John Locke.
        Zeno (333-262) yakni tokoh dalam aliran Stoisme dan Hedonisme. Ia mengakui bahwa di dunia ini segala hal bersifat menetap karena yang bertindak adalah rasio manusia
        Epikuris (341-270) yaitu terkenal dalam tokoh hedonism.Ia mendukung pendapat Zeno dan menurutnya tujuan hidup ini adalah mencari kenikmatan dan kepuasan.
            Maka dapat diperoleh kesimpulan dari zaman klasik hanya dua pandangan yang mampu ditelaah oleh para filosof yaitu pandangan mengenai alam yang berada diluar diri manusia yang disebut dengan cosmos serta pandangan mengenai manusia itu sendiri yang disebut denganantropos.
1.2    Filsafat Abad Pertengahan
            Pada masa ini berkembang filsafat scholastik yang perhatiannya tertuju pada dunia Ketuhanan yang dikuasai oleh ajaran kriistiani.Sekita abda ke-13 alam pikiran hampir seluruhnya dikuasai oleh gereja dan filsafat tidak dapat terlepas lagi dari yang namanya theology (Ketuhanan). Berikut pandangan para filosof yang ikut berkontribusi dalam memberikan pandangan, antara lain:
      Thomas Aquinas (1225-1274) menyampaikan bahwa ilmu pengetahuan adalah hamba sahaya dari theology (abad the dark age). Lalu menyatakan tentang hubungan iman dan akal yang menghasilkan budi dipelopori oleh ajaran kristiani.
      Albertus Magnus (1200-1280), pendapat yang dikemukakan juga hampir sama dengan Thomas Aquinas bahwa ada hubungan antara kebenarabn dengan hakekat Tuhan.
      Duns Scotus (1266-1308), juga mendukung penelitian tetang dua pendapat sebelumnya dan sama sekali tidak menentang.
            Sebenarnya jika diteliti kembali filsafat abad pertengahan ini banyak dipelopori olehAristoteles yang menjadikan ajaran kristiani menjadi landasan berdirinya filsafat scolastik.Namun sangat disayangkan pada zamannya filsafat ini tidak mampu mempertahankan diri begitu lama akibat para tokohnya tidak mampu mempertahankan pendapat yang telah dirumuskan.Sehingga tidak perlu waktu yang lama untuk filsafat ini mundur dari dunia pendidikan. Padahal pendapat-pendapat Aristoteles dalam filsafat ini banyak digunakan oleh filosof-filosof islam. Mereka menterjemahkan kembali apa yang dimaksudkan oleh Aristoteles sehingga salah satu tokoh ternama yakni Al-Farabi justru dikenal dengan komentator filsafat aristoteles.
1.3    Filsafat Zaman Modern
  Masa ini dimulai pada abad ke 15 yang terbagi ke dalam empat periode yaitu Renaisans, Barok, Pencerahan, Romantik, da Kontemporer (mutakhir).
Berikut akan dijelaskan masing-masing periode tersebut:
      Masa Renaissans (kelahiran kembali) 1400-1600
            Lingkup pemikirannya adalah mengenai perkembangan seni, filsafat dan ilmu.Sehingga pada masa ini mengacu pada manusia (antropos) sebagai bagian utama dari realitas alam.
            Dengan demikian berkembanglah Filsafat Humanisme yaitu mempersoalkan tentang manusia, yakni apakah manusia itu makhluk bebas, atau yang memiliki kemauan yang bebas, atau bahkan manusia tidak memiliki kebebasan sama sekali. Tokoh utama aliran humanis ini ialahAristoteles dan diikuti oleh Thomas hobbes,Thomas moore dan Francis Bacon. Para pendidiknya yaitu Erasmus, J. A. Comenius, John Locke, J.J. Rousseau dan Peztalozzi.
      Masa Borok sekitar 1600-1700
            Pada masa ini berbeda dengan masa sebelumnya, bahwa dalam masa borok mereka meletakkan akal manusia sebagai alat terpenting untuk dapat memahami kehidupan dan hidup manusia.Pada masa ini juga filsafat barat terkenal dengan awal lahirnya paham sekularisme barat yang filosof-filosofnya kebanyakan ahli dalam bidang matematika.
            Adapun filosof yang muncul pada masa borok ini yaitu Rene Descartes, Benedictus Spinoza, dan G. Leibniz. Yang paling Berjaya dipakai dalam falsafahnya yaitu perkataan dariDescartes , ia menyatakan “saya berpikir maka saya ada”. Menurutnya badan dan jiwa adalah dua hal yang letaknya terpisah, kalaupun saling berhubungan itu tidak lain karena adanya kehemdak atau campur tangan Tuhan.
      Masa Pencerahan sekitar abad ke 18
            Penekanan filsafat dalam bagian ini yaitu mendukung falsafah sebelumnya.Masa pencerahan ini menganggap bahwa dengan peranan akal maka semua masalah dapat dipesahkan dan dientaskan.Sehingga berkembang dua aliran filsafat yakni Empirisme dan Rasionalisme.Berikut tokoh-tokoh filsafat masa pencerahan yaitu Immanuel Kant (tokoh rasionalisme), dan John Locke (tokoh emprisme) selanjutnya diikuti oleh Geoge Berkeley, David Hume serta J.J. Rousseau.
      Masa Romantik yang dimulai pada tahun 1770
            Pada masa ini kembali lagi kepada pemahaman tentang idealisme yang pernah muncul pada zaman Rainassens yang dipelopori oleh Plato sebagai pencetusnya.Dalam masa ini bermunculan filsuf-filsuf diantaranya Fichte, Schelling, dan Hegel. Filsafat Hegel berkembang dan mempengaruhi pemikiran abad ke 19 dan abad ke 20.
      Filsafat Kontemporer yang dimulai pada abad ke 19
            Filsafat ini muncul akibat reaksi terhadap filsafat yang dibawa oleh Hegel.Dalam masa ini mereka menolak bahwa benda yang ada di alam dilihat secara idealism adalah kebenaran.Dengan mempertimbangkan banyak hal maka muncullah beberapa filsafat baru yakni Positivisme, Vitalisme, Pragmatisme, Eksistensialisme, dan Filsafat Analitik.

2.       Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Barat  dan Karakteristiknya
1)      Aliran Progresivisme
Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannyamemfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini aalah George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B. Thomas dan Frederick C. Neff.  Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam keberlangsungan manusia itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, progresivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter.
Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mempunyai kesulitan untuk mencapai tujuan-tujuan (yang baik), karena kurang menghargai dan memberikan tempat yang semestinya kepada kemampuan-kemampuan dalam proses pendidikan. Padahal semua itu adalah ibarat motor penggerak manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan (proggress). Oleh karena itu, kemajuan (progress) ini menjadi perhatian kaum progresivisme, maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang oleh progresivisme merupakan bagian-bagain utama dari sebuah peradaban.
2)      Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan cirri-cirinya yang berbeda dengan progesivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang meberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1991: 21).
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme, pada tarap permulaan seseorang belajar memahami akunya sendiri, kemudian ke luar untuk memahami dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Menurut Immanuel Kant, segala pengetahuan yang dicapai manusia melalui indera memerlukan unsure apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.
Bila orang berhadapan dengan benda-benda, bukan berarti semua itu sudah mempunayi bentuk, ruang, dan ikatan waktu. Bentuk, ruang , dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atu pengamatan. Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi pada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah pada budi. Budi membentuk dan mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai substansi spiritual yang membina dan menciptakan diri.
3)      Aliran Perenialisme
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154). Dari pendapat ini diketahui bahwa perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap tegas dan lurus. Karena itulah, perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah arsah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami factor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, yang telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
Tugas utama pendidiakn adalah mempersiapkan anak didik ke arah kematangan. Matang dalam arti hiodup akalnya. Jadi, akal inilah yang perlu mendapat tuntunan ke arah kematangan tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis, dan berhitung, anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain.
Sekolah, sebagai tempat utama dalam pendidikan, mempesiapkan anak didik ke arah kematangan akal dengan memberikan pengetahuan. Sedangkan tugas utama guru adalah memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Dengan kata lain, keberhasilan anak dalam bidang akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.
4)      Aliran Rekonstruksionisme
Kata Rekonstruksionisme bersal dari bahasa Inggris reconstruct, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340), kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempumyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran.
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
D.    Bahan Diskusi
1.      Proses berfikir dalam filsafat memiliki beberapa karakteristik, sebutkan!
2.      Dalam berfilsafat kita mengenal istilah  Ontologi, epistemologi, dan dan axiologi. Apakah yang dimaksud dengan hal tersebut!
3.      Bagaimanakah penerapan budaya Filsafat Barat di Indonesia saat ini?
4.      Bagaimanakah kajian filsafat yang sebenarnya?
E.     Sumber Pustaka

Soelaiman, Darwis. A. 2004. Filsafat Pendidikan Barat. Banda Aceh: Syiah Kuala Universitas Press.

1 komentar:

  1. Best slots machine apps - JM Hub
    The casino slots games app gives 김해 출장샵 you new online slots, free play games and instant play 포항 출장샵 slots for 창원 출장안마 your Android and iOS. Find the best casinos 광명 출장마사지 and play with the 경기도 출장안마

    BalasHapus